Toad Jumping Up and Down
Red Spinning Heart Within A Heart

Senin, 03 Juni 2013

PRINSIP PEMBELAJARAN YANG MENYENANGKAN

Pengembangan kompetensi guru, terutama kompetensi profesional dan pedagogic berkaitan dengan proses pembelajaran. Sejalan dengan perkembangan teknologi serta teori-teori pembelajaran, maka guru pun dituntut mampu menguasai dan memilih pendekatan, model, strategi, dan metode pembelajaran yang tepat, sehingga menjadikan siswa aktif, kreatif, dan belajar dalam suasana senang serta efektif.
Menghadapi tugas tersebut guru tentu harus menguasai strategi, metode, teknik pembelajaran dan bimbingan yang up to date. Bila pengetahuan guru sudah ketinggalan, apa lagi hanya mengandalkan pengalaman tanpa didukung teori-teori, maka guru tidak akan mandapatkan respek dari para siswa yang dibinanya.
Salah satu pendekatan dan strategi yang harus dikuasi guru adalah Pembelajaran yang menyenangkan, Penguasaan guru berkenaan dengan Pembelajaran yang menyenangkan  ini diharapkan mampu menstimulasi terciptanya dinamika pembelajaran yang sehat dan kondusif yang bermuata pada peningkatan mutu proses dan hasil belajar.
Para ahli pendidikan berpendapat bahwa proses pembelajaran di sekolah sampai saat ini cenderung berpusat kepada guru. Tugas guru adalah menyampaikan materi-materi dan siswa diberi tanggung jawab untuk menghafal semua pengetahuan. Memang pembelajaran yang berorientasi target penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi mengingat dalam jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan masalah dalam kehidupan jangka panjang.
Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang mereka pelajari bukan mengetahuinya, oleh karena itu para pendidik telah berjuang dengan segala cara dengan mencoba untuk membuat apa yang dipelajari siswa disekolah agar dapat dipergunakan dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Salah satu prinsip paling penting dari psikologi pendidikan adalah guru tidak boleh semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun pengetahuan di dalam benaknya sendiri. Guru dapat membantu proses ini dengan cara-cara mengajar yang membuat informasi menjadi sangat bermakna dan sangat relevan bagi siswa, dengan memberikan ide-ide, dan dengan mengajak siswa agar menyadari dan menggunakan sendiri ide-ide, dan mengajak siswa agar menyadari dan menggunakan strategi-strategi mereka sendiri dalam belajar. Guru dapat memberikan kepada siswa tangga yang dapat membantu mereka mencapai tingkat pemahaman yang lebih tinggi, tetapi harus di upayakan sendiri siswa yang memanjat tangga itu. Tingkat pemahaman siswa menurut model Gagne (1985) dapat dikelompokan menjadi delapan tipe belajar, yaitu: (1) belajar isyarat, (2) stimulus-respon, (3) rangkaian gerak, (4) rangkaian verbal, (5) membedakan, (6) pembentukan konsep, (7) pembentukan aturan dan (8) pemecahan masalah (problem solving).
Di lihat dari urutan belajar, belajar pemecahan masalah adalah tipe belajar paling tinggi karena lebih kompleks, Dalam tipe belajar pemecahan masalah, siswa berusaha menyeleksi dan menggunakan aturan-aturan yang telah dipelajari terdahulu untuk membuat formulasi pemecahan masalah. Lebih jauh Gagne (1985) mengemukakan bahwa kata-kata seperti penemuan (discovery) dan kreatifitas (creativity) kadang-kadang diasosiasikan sebagaii pemecahan masalah.
Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Oleh karenanya strategi dan metode pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran tergantung pada pendekatannya. Hal ini sesuai dengan Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah yang menyatakan bahwa dalam kegiatan inti pembelajaran merupakan proses untuk mencapai Kompetensi Dasar (KD) yang harus dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemadirian sesuai denganbakat, minat, dan perkembangan fisik dan psikologis peserta didik. Kegiatan pembelajaran ini dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
  1. B.     MAKNA, TUJUAN DAN PRINSIP PEMBELAJARAN YANG MENYENANGKAN
  1. Makna Pembelajaran yang Menyenngkan
Dalam Pembelajaran Yang Menyenangkan digunakan prinsip-prinsip pembelajaran berbasis kompetensi. Pembelajaran berbasis kompetensi adalah pembelajaran yang dilakukan dengan orientasi pencapaian kompetensi peserta didik. Sehingga muara akhir hasil pembelajaran adalah meningkatnya kompetensi peserta didik yang dapat diukur dalam pola sikap, pengetahuan, dan keterampilannya.
  1. Tujuan Pembelajaran yang Menyenngkan
Pembelajaran yang Menyenngkan berbasis PAIKEM membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir tahap tinggi, berpikir kritis dan berpikir kreatif (critical dan creative thinking). Berpikir kritis adalah suatu kecakapan nalar secara teratur, kecakapan sistematis dalam menilai, memecahkan masalah menarik keputusan, memberi keyakinan, menganalisis asumsi dan pencarian ilmiah. Berpikir kreatif adalah suatu kegiatan mental untuk meningkatkan kemurnian (orginality), ketajaman pemahaman (insight) dalam mengembangkan sesuatu (generating). Kemampuan memecahkan masalah merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi.
Dalam pembelajaran pemecahan masalah, siswa secara individual atau kelompok diberi tugas untuk memecahkan suatu masalah. Jika memungkinkan masalah diidentifikasi dan dipilih oleh siswa sendiri. Masalah yang diidentifikasi hendaknya yang penting dan mendesak untuk diselesaikan serta  sering dilihat atau diamati oleh siswa sendiri, umpamanya masalah kemiskinan, kejahatan, kemacetan lalu lintas, pembusukan makanan, wabah penyakit, kegagalan panen, pemalsuan produk, atau soal-soal dalam setiap mata pelajaran yang membutuhkan analisis dan pemahaman tingkat tinggi, Dsb..
  1. Prinsip-Prinsip yang Menyenngkan
Prinsip pembelajaran menyenangkan yang merujuk pada pembelajaran dengan basis kompetensi memiliki prinsip-prinsip sebagai berikut:
a.    Berpusat pada peserta didik agar mencapai kompetensi yang diharapkan. Peserta didik menjadi subjek pembelajaran sehingga keterlibatan aktivitasnya dalam pembelajaran tinggi. Tugas guru adalah mendesain kegiatan pembelajaran agar tersedia ruang dan waktu bagi peserta didik belajar secara aktif dalam mencapai kompetensinya.
b.    Integral agar kompetensi yang dirumuskan dalam KD dan SK tercapai secara utuh. Aspek kompetensi yang terdiri dari sikap, pengetahuan, dan keterampilan terintegrasi menjadi satu kesatuan.
c.    Pembelajaran dilakukan dengan sudut pandang adanya keunikan individual setiap peserta didik. Peserta didik memiliki karakteristik, potensi, dan kecepatan belajar yang beragam. Oleh karena itu dalam kelas dengan jumlah tertentu, guru perlu memberikan layanan individual agar dapat mengenal dan mengembangkan peserta didiknya.
d.    Pembelajaran dilakukan secara bertahap dan terus menerus menerapkan prinsip pembelajaran tuntas (mastery learning) sehingga mencapai ketuntasan yang ditetapkan. Peserta didik yang belum tuntas diberikan layanan remedial, sedangkan yang sudah tuntas diberikan layanan pengayaan atau melanjutkan pada kompetensi berikutnya.
e.    Pembelajaran dihadapkan pada situasi pemecahan masalah, sehingga peserta didik menjadi pembelajar yang kritis, kreatif, dan mampu memecahkan masalah yang dihadapi. Oleh karena itu guru perlu mendesain pembelajaran yang berkaitan dengan permasalahan kehidupan atau konteks kehidupan peserta didik dan lingkungan. Berpikir kritis adalah kecakapan nalar secara teratur, kecakapan sistematis dalam menilai, memecahkan masalah, menarik keputusan, memberi keyakinan, menganalisis asumsi dan pencarian ilmiah. Berpikir kreatif adalah suatu kegiatan mental untuk meningkatkan kemurnian (originality) dan ketajaman pemahaman(insight) dalam mengembangkan sesuatu (generating). Kemampuan memecahkan masalah (problem solving) adalah kemampuan tahap tinggi siswa dalam mengatasi hambatan, kesulitan maupun ancaman. Metode problem solving (metode pemecahan masalah) bukan hanya sekedar metode mengajar tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam problem solvingdapat menggunakan metode-metode lainnya dimulai dengan mencari data sampai kepada menarik kesimpulan.
f.     Pembelajaran dilakukan dengan multi strategi dan multimedia sehingga memberikan pengalaman belajaran beragam bagi perserta didik.
  1. C.   KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN YANG MENYENANGKAN
Sesuai dengan Pembelajaran Yang Menyenangkan , maka pembelajaran yang berfokus pada siswa, makna, aktivitas, pengalaman dan kemandirian siswa, serta konteks kehidupan dan lingkungan ini memiliki 4 ciri yaitu: mengalami,  komunikasi, interaksi dan refleksi.
a.      Mengalami (pengalaman belajar) antara lain:
  • Melakukan pengamatan
  •  Melakukan percobaan
  • Melakukan penyelidikan
  • Melakukan wawancara
  •  Siswa belajar banyak melalui berbuat
  •  Pengalaman langsung mengaktifkan banyak indera.
b.  Komunikasi, bentuknya antara lain:
  • Mengemukakan pendapat
  • Presentasi laporan
  • Memajangkan hasil kerja
  • Ungkap gagasan
c.   Interaksi, bentuknya antara lain:
  • Diskusi
  • Tanya jawab
  • Lempar lagi pertanyaan
  • Kesalahan makna berpeluang terkoreksi
  • Makna yang terbangun semakin mantap
  • Kualitas hasil belajar meningkat
d.  Kegiatan Refleksi yaitu memikirkan kembali apa yang diperbuat/dipikirkan.
  • Mengapa demikian?
  • Apakah hal itu berlaku untuk …?
  • Untuk perbaikan gagasan/makna
  • Untuk tidak mengulangi kesalahan
  • Peluang lahirkan gagasan baru
Dari karakteristik pembelajaran yang menyenangkan  tersebut, maka guru perlu memberikan dorongan kepada siswa untuk menggunakan otoritas atau haknya dalam membangun gagasan. Tanggung jawab belajar, memang berada pada diri siswa, tetapi guru bertanggung jawab dalam memberikan situasi yang mendorong prakarsa, motivasi, perhatian, persepsi, retensi, dan transfer dalam belajar, sebagai bentuk tanggung jawab siswa untuk belajar sepanjang hayat.
Sebagai bahan kajian berikut ini disajikan sejumlah pandangan, persepsi, atau bahkan kesalahpahaman berkenaan dengan implementasi peembelajaran yang menyenangkan atau PAIKEM di sekolah.
1.    PAIKEM membutuhkan alat peraga yang banyak sehingga merepotkan dan membuat guru kurang berminat.
2.    PAIKEM dipandang sebagai model pembelajaran yang mahal, sehingga tidak efektif untuk diterapkan di sekolah.
3.    PAIKEM hanya diisi dengan bernyanyi dan main-main sehingga dipandang tidak efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran.
4.    PAIKEM hanya cocok dilakukan oleh guru yang betul-betul memiliki selera humor yang tinggi (sense of humor) dan rasa percaya diri yang tinggi
Dalam situasi pembelajaran yang berlangsung secara monoton, siswa merasa “tersiksa” dan bahkan seperti di penjara. Apalagiguru sebagai motivator dalam pembelajaran hanya menggunakan metode ceramah, maka suasana pembelajaran akan semakin menyiksa. Dalam rangka menerapkanmanajemen berbasis sekolah (school based-management) yang umum disingkat MBS dan pembelajaran aktif, perlu kiranya dipikirkan model pembelajaran yang menyenangkan. Model pembelajaran tersebut dimaksudkan untuk memberikan kenyamanan tersendiri bagi siswa dalam belajar.
Untuk menjadi guru impian maka sebelum mengajar, seorang guru harus sudah merancang pembelajaran yang akan disajikan. Dalam merancang pembelajaran tersebut guru dapat mendiskusikannya dengan sesama guru, kepala sekolah, atau pengawas. Dalam diskusi tersebut dibahas materi apa yang akan diajarkan, bagaimana metodenya, bagaimana alat peraganya, dan bagaimana evaluasinya. Sering seorang guru dalam merancang pembelajaran kehilangan seni mengajar. Artinya, mereka terlalu terpaku kepada mekanisme yang sudah baku, runtut, dan terprogram. Dalam merancang pembelajaran pun, seni yang akan ditampilkan dalam pembelajaran mestinya sudah dipersiapkan pula. Pada bagian manakah mereka akan menyelinginya dengan sense of humor sebagai bumbu dalam pembelajaran.
Ketika mengajar, guru bisa saja menggunakan model pendampingan pembelajaran. Biasanya, kegiatan seperti ini pada sekolah-sekolah yang sedang melaksanakan sebuah uji coba. Kehadiran kepala sekolah atau pengawas di kelas tidak dianggap sebagai momok bagi guru, melainkan menjadi mitra. Jika ada sesuatu yang kurang mengena, maka guru dapat mengkonsultasikan dengan para pendamping atau para pendamping secara aktif turut terlibat dalam pembelajaran. Karena kelas sudah diubah suasananya sedemikian rupa, maka siswa tidak akan merasa terkejut dengan kehadiran beberapa orang selain gurunya. Justru dengan cara-cara yang komunikatif, maka siswa akan merasa diperhatikan.
Cara lain adalah guru merancang pembelajarannya melalui sebuah diskusi dengan rekan sejawat atau kepala sekolah, sedangkan dalam praktiknya, mereka tidak didampingi oleh orang lain. Hanya saja yang perlu ditekankan adalah keterlibatan emosional siswa harus benar-benar terjaga, sehingga suasana pembelajaran benar-benar aktif.
Dalam suasana pembelajaran aktif saja sebenarnya pembelajaran yang menyenangkan sudah mulai tercipta. Apalagi jika guru secara kreatif dapat menjalankan komunikasi dua arah yang menyenangkan. Senyum guru, misalnya, mempunyai makna yang sangat dalam bagi keberhasilan pembelajaran. Sebab, senyum itu dapat mencairkan suasana yang beku, monoton, dan tidak menarik.
Guru yang dapat membuat muridnya betah tinggal di kelas adalah guru yang menyenangkan. Saya masih ingat ketika diajar oleh seorang guru SD yang menyenangkan. Meskipun bel istirahat atau bel pulang sudah berdentang, rasanya keinginan untuk beristirahat atau pulang tidak terlalu menggebu-gebu. Ada rasa nyaman di kelas. Ada rasa damai karena Pak Guru telah menciptakan suasana kelas dengan amat menyenangkan. MBS memberikan peluang bagi kepala sekolah atau guru untuk menjabarkan kurikulum dan mengelola kelas dengan sebaik-baiknya. Tidak ada lagi model-model pembelajaran yang dipaksakan. Justru jika ada temuan-temuan yang kreatif mengenai model pembelajaran “baru”, maka guru dapat menerapkannya di dalam pembelajaran.
Pembelajaran yang menyenangkan mengandung unsur “bermain” dalam kegiatan pembelajaran, apalagi untuk kelas I dan II SD. Guru yang tidak bisa membawa anak-anak ke alam “permainan yang menyenangkan”, jangan harap tujuan pembelajaran khusus akan tercapai. Bagaimana dengan siswa kelas III-VI? Masih banyak cara untuk mengantar sebuah pembelajaran menjadi menyenangkan. Guru dapat menggunakan alat peraga yang dirancang bersama siswa. Kemudian mendiskusikan bersama. Pendeknya, siswa benar-benar dilibatkan secara penuh dalam pembelajaran. Dengan demikian akan terjalin sebuah hubungan yang menyenangkan pula. Batas otoritas guru dan siswa sebagai komponen lain dalam pembelajaran sudah tidak terasa sama sekali. Yang ada adalah kemitraan.
Maka, dengan cara-cara seperti itulah pembelajaran akan benar-benar dapat menyenangkan, baik bagi guru maupun siswa. Uji coba yang dilakukan di beberapa sekolah untuk MBS, pembelajaran aktif dan partisipasi masyarakat, serta untuk model pendampingan pembelajaran, menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar. Jika model-model seperti itu dikembangkan di sekolah-sekolah lain di Indonesia, maka pembelajaran akan benar-benar menyenangkan dan pada akhirnya mutu pendidikan akan meningkat.Semua itu tentu membutuhkan itikat baik pemerintah; termasuk di dalamnya adalah kepala sekolah dan guru sebagai agen sentral kurikulum. Semoga!
  1. D.   MODEL PEMBELAJARAN YANG MENYENANGKAN
Terdapat sejumlah model pembelajaran yang menyenagkan dapat diguanakan dalam proses pembelajaran di sekolah, diantaranya yaitu pembelajaran berbasis masalah (problem based learning), pembelajaran kooperatif dengan berbagai tipenya, (seperti Student-Teams Achievement Divisions/STAD (Tim Siswa Kelompok Prestasi),JIGSAW (Model Tim Ahli) dan GI (Group Investigation), think-pair and share, numbered head together, picture and picture, examples non examples, pengajaran berbasis inkuiri, pengajaran berbasis tugas/proyek (Project based learning), demonstration, role playing, pemodelan (modelling), dsb.
Dalam makalah ini hanya akan dibahas tiga diantaranya secara singkat, yaitu :
  1. 1.    Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) :
Pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) adalah suatu model pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran.
Pengajaran berbasis masalah digunakan untuk merangsang berpikir tingkat tinggi, termasuk di dalamnya belajar bagaimana belajar. Pengajaran berbasis masalah, menurut Ibrahim dan Nur (2002) dikenal dengan nama lain seperti Project-Based Teaching (Pembelajaran berbasis Project), Experience-Based Education (Pendidikan berdasarkan pengalaman), Authentic Learning (Pembelajaran Autentic). Danm Anchored instruction (Pembelajaran berakar pada kehidupan nyata). Peranan guru dalam pembelajaran berbasis masalah adalah menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog.
Langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah dan bagaimana peranan nguru di dalamnya dapat digambarkan sbb.
Tahap 1: Orientasi siswa kepada masalah :Guru menjelasakan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan dan memotivasi siswa untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih
Tahap 2 : Mengorganisir siswa untuk Belajar :Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dsb.)
Tahap 3 : Membimbing penyelidikan individual dan kelompok :Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, dan pemecahan masalah
Tahap 4Mengembangkan dan menanyakan hasil karya :Guru membantu siswa dalam merencanakan, menyiapkan karya yang sesuai sperti laporan, dan membantu mereka berbagai tugas dengan temannya
Tahap 5 :Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah :Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan prosesprosesyang mereka gunakan.
2. Model Student Teams Achievement Division (STAD)
Model Student Teams Achievement (Tim Siswa Kelompok Prestasi) adalah salah satu model pembelajaran kooperatif. Model ini dikembangkan oleh Robert Slavin dan kawankawannya.
Metode ini merupakan metode yang paling sederhana dalam pembelajaran kooperatif. Para guru menggunakan pembelajaran STAD untuk mengajarkan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu, baik melalui penyajian verbal manupun tertulis. Para siswa di dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok atau tim masingmasing terdiri atas 4 atau 5 orang anggota kelompok yang bersifat heterogen (baik jenis kelamin, ras, etnik, maupun potensi akademik/kemampuannya). Tiap anggota kelompok menggunakan lembar kerja akademik dan kemudian saling membantu untuk menguasai
bahan ajar melalui Tanya jawab atau diskusi antar sesame anggota kelompok. Secara periosik. Dilakukan evaluasi oleh guru untuk mengetahui tingkat penguasaan mereka (baik individual maupun kelompok) terhadap bahan akademik yang telah dipelajari. Setiap siswa atau tim diberi skor atas penguasaannya terhadap bahan ajar, dan kepada siswa secara individual atau tim yang meraih prestasi tinggi atau memperoleh skorvsempurna diberi reinforcement.
Secara singkat langkah-langkah pembelajaran STAD terdiri atas:
a. Mmembentuk kelompok heterogen a 4-5 orang anggotanya
b. Guru menyajikan pelajaran
c. Guru memberi tugas
d. Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada csaat menjawab kuis, tidak dibolehkan siswa saling membantu.
e. Memberi evaluasi
f. Kesimpulan
3. Model Jigsaw (Model Tim Ahli)
Model Jigsaw dikembangkan oleh Eliot Aronson dan kawan-kawannya dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan kawan-kawannya. Seperti halnya pada m,odel STAD, pada model Jigsawpun, kelas dibagi menjadi beberapa kelompok/tim a 4-5 orang anggotanya yang bersifat heterogen. Bahan akademik disajikan kepada siswa dalam bentuk teks dan tiap siswa diberi tanggung jawab untuk mempelajari satu bagian dari bahan akademik tersebut. Para anggota dari berbagai kelompok/tim yang berbeda memiliki tanggung jawab untuk mempelajari satu bagian bahan akademik yang sama dan selanjutnya berkumpul untuk saling membantu mengkaji bahan tertsebut. Kelompok siswa yang dimaksud disebut ”kelompok pakar (expert group)”. Sesudah kelompok pakar berdiskusi dan menyelesaikan tugas, maka anggota dari kelompok pakar ini kembali ke kelompok semula (home teams) untuk mengajar (membuat mengerrti) anggota lain dalam kelompok semula tersebut.
Secara sinbgkat, langkah-langkah pembelajaran Jigsaw terdiri atas :
a. Siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok heterogen  4-5 orang
b. Tim anggota dalam kelompok/tim diberi bagian materi yang berbeda
c. Anggota dari tim tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka
d. Jika kelompok ahli selesai mendiskusikan tugasnya, maka anggota kelompok kembali ke kelompok asal/semula (home teams) untuk mengajar anggota lainnya dalam kelompok semula
e. Tiap kelompok/tim ahli mempresentasikan hasil diskusi
f. Guru memberi evaluasi
g. Kesimpulan/penutup
4. Model Group Investigation (GI)
Dasar-dasar metode group investigation (investigasi kelompok) dirancang oleh Herbert Thelen, selanjutnya dikembangkan oleh oleh Sharan dan kawan-kawannya.
Dibandingkan dengan model STAD dan Jigsaw, group investigation merupakan model pembelajaran yang lebih kompleks dan paling sulit dilaksanakan dalam pembelajaran kooperatif. Pada model group investigation, sejak awal siswa dilibatkan mulai dari tahap perencanaan baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Dalam pelaksanaanya, mempersyaratkan para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok. Pengelompokan siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil a 5-6 orang dapat bersifat heterogen dan dapat juga didasarkan pada kesenangan berteman atau kesamaan minat. Para siswa memilih topik yang ingin dipelajari, mengikuti/melakukan investigasi
mendalam terhadap berbagai subtopik yang telah dipilih, kemudian menyiapkan dan menyajikan suatu laporan di depan kelas secara keseluruhan
Secara singkat langkah-langkah group investigation adalah sbb. :
a. Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok heterogen
b. Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok
c. Guru memanggil ketua kelompok dan setiap kelompok mendapat tugas satu materi/tugas yang berbeda dari kelompok lain
d. Masing-masing kelompok membahas materi yang sudah ada secara kooperatif yang bersifat penemuan
e. Setelah selesai diskusi, juru bicara kelompok menyampaikanhasil pembahasan kelompok
f. Guru mwmbwri penjelasan singkat dan sekaligus memberikan kesimpulan
g. Penutup.
D. PENUTUP
Disamping mnode-model pembelajaran yang dikemukakan di atas, dalam konteks pembelajaran masih tersedia cukup banyak model-model pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM) yang dapat dipilih dan digunakan oleh guru di kelas. Sebagai guru yang profesional, seyogianya setiap guru selalu berupaya mengembangkan/meningkatkan kemampuannya dengan mengkaji berbagai model pembelajaran tersebut dan yang tidak kurang pentingnya adalah menuntut komitmen dari setiap guru untuk senantiasa memilih dan menerapkan model pembelajaran yang terbaik untuk kepentingan peserta didik

Tidak ada komentar :

Posting Komentar