PRINSIP PEMBELAJARAN YANG MENYENANGKAN
Pengembangan kompetensi guru, terutama
kompetensi profesional dan pedagogic berkaitan dengan proses
pembelajaran. Sejalan dengan perkembangan teknologi serta teori-teori
pembelajaran, maka guru pun dituntut mampu menguasai dan memilih
pendekatan, model, strategi, dan metode pembelajaran yang tepat,
sehingga menjadikan siswa aktif, kreatif, dan belajar dalam suasana
senang serta efektif.
Menghadapi tugas tersebut guru tentu
harus menguasai strategi, metode, teknik pembelajaran dan bimbingan
yang up to date. Bila pengetahuan guru sudah ketinggalan, apa
lagi hanya mengandalkan pengalaman tanpa didukung teori-teori, maka guru
tidak akan mandapatkan respek dari para siswa yang dibinanya.
Salah satu pendekatan dan strategi yang
harus dikuasi guru adalah Pembelajaran yang menyenangkan, Penguasaan
guru berkenaan dengan Pembelajaran yang menyenangkan ini diharapkan
mampu menstimulasi terciptanya dinamika pembelajaran yang sehat dan
kondusif yang bermuata pada peningkatan mutu proses dan hasil belajar.
Para ahli pendidikan berpendapat bahwa
proses pembelajaran di sekolah sampai saat ini cenderung berpusat kepada
guru. Tugas guru adalah menyampaikan materi-materi dan siswa diberi
tanggung jawab untuk menghafal semua pengetahuan. Memang pembelajaran
yang berorientasi target penguasaan materi terbukti berhasil dalam
kompetisi mengingat dalam jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali
anak memecahkan masalah dalam kehidupan jangka panjang.
Belajar akan lebih bermakna jika anak
mengalami apa yang mereka pelajari bukan mengetahuinya, oleh karena itu
para pendidik telah berjuang dengan segala cara dengan mencoba untuk
membuat apa yang dipelajari siswa disekolah agar dapat dipergunakan
dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Salah satu prinsip paling penting dari
psikologi pendidikan adalah guru tidak boleh semata-mata memberikan
pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun pengetahuan di dalam
benaknya sendiri. Guru dapat membantu proses ini dengan cara-cara
mengajar yang membuat informasi menjadi sangat bermakna dan sangat
relevan bagi siswa, dengan memberikan ide-ide, dan dengan mengajak siswa
agar menyadari dan menggunakan sendiri ide-ide, dan mengajak siswa agar
menyadari dan menggunakan strategi-strategi mereka sendiri dalam
belajar. Guru dapat memberikan kepada siswa tangga yang dapat membantu
mereka mencapai tingkat pemahaman yang lebih tinggi, tetapi harus di
upayakan sendiri siswa yang memanjat tangga itu. Tingkat pemahaman siswa
menurut model Gagne (1985) dapat dikelompokan menjadi delapan tipe
belajar, yaitu: (1) belajar isyarat, (2) stimulus-respon, (3) rangkaian
gerak, (4) rangkaian verbal, (5) membedakan, (6) pembentukan konsep, (7)
pembentukan aturan dan (8) pemecahan masalah (problem solving).
Di lihat dari urutan belajar, belajar pemecahan masalah adalah
tipe belajar paling tinggi karena lebih kompleks, Dalam tipe belajar
pemecahan masalah, siswa berusaha menyeleksi dan menggunakan
aturan-aturan yang telah dipelajari terdahulu untuk membuat formulasi
pemecahan masalah. Lebih jauh Gagne (1985) mengemukakan bahwa kata-kata
seperti penemuan (discovery) dan kreatifitas (creativity)
kadang-kadang diasosiasikan sebagaii pemecahan masalah.
Pendekatan dapat diartikan sebagai titik
tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Istilah
pendekatan merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang
sifatnya masih sangat umum. Oleh karenanya strategi dan metode
pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran tergantung pada
pendekatannya. Hal ini sesuai dengan Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007
tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah yang
menyatakan bahwa dalam kegiatan inti pembelajaran merupakan proses untuk
mencapai Kompetensi Dasar (KD) yang harus dilakukan secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemadirian sesuai denganbakat, minat, dan perkembangan
fisik dan psikologis peserta didik. Kegiatan pembelajaran ini dilakukan
secara sistematis dan sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan
konfirmasi.
- B. MAKNA, TUJUAN DAN PRINSIP PEMBELAJARAN YANG MENYENANGKAN
- Makna Pembelajaran yang Menyenngkan
Dalam Pembelajaran Yang Menyenangkan
digunakan prinsip-prinsip pembelajaran berbasis kompetensi. Pembelajaran
berbasis kompetensi adalah pembelajaran yang dilakukan dengan orientasi
pencapaian kompetensi peserta didik. Sehingga muara akhir hasil
pembelajaran adalah meningkatnya kompetensi peserta didik yang dapat
diukur dalam pola sikap, pengetahuan, dan keterampilannya.
- Tujuan Pembelajaran yang Menyenngkan
Pembelajaran yang Menyenngkan berbasis
PAIKEM membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir tahap tinggi,
berpikir kritis dan berpikir kreatif (critical dan creative thinking).
Berpikir kritis adalah suatu kecakapan nalar secara teratur, kecakapan
sistematis dalam menilai, memecahkan masalah menarik keputusan, memberi
keyakinan, menganalisis asumsi dan pencarian ilmiah. Berpikir kreatif
adalah suatu kegiatan mental untuk meningkatkan kemurnian (orginality),
ketajaman pemahaman (insight) dalam mengembangkan sesuatu (generating). Kemampuan memecahkan masalah
merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi.
Dalam pembelajaran pemecahan masalah,
siswa secara individual atau kelompok diberi tugas untuk memecahkan
suatu masalah. Jika memungkinkan masalah diidentifikasi dan dipilih oleh
siswa sendiri. Masalah yang diidentifikasi hendaknya yang penting dan
mendesak untuk diselesaikan serta sering dilihat atau diamati oleh
siswa sendiri, umpamanya masalah kemiskinan, kejahatan, kemacetan lalu
lintas, pembusukan makanan, wabah penyakit, kegagalan panen, pemalsuan
produk, atau soal-soal dalam setiap mata pelajaran yang membutuhkan
analisis dan pemahaman tingkat tinggi, Dsb..
- Prinsip-Prinsip yang Menyenngkan
Prinsip pembelajaran menyenangkan yang
merujuk pada pembelajaran dengan basis kompetensi memiliki
prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Berpusat pada peserta didik agar
mencapai kompetensi yang diharapkan. Peserta didik menjadi subjek
pembelajaran sehingga keterlibatan aktivitasnya dalam pembelajaran
tinggi. Tugas guru adalah mendesain kegiatan pembelajaran agar tersedia
ruang dan waktu bagi peserta didik belajar secara aktif dalam mencapai
kompetensinya.
b. Integral agar kompetensi yang
dirumuskan dalam KD dan SK tercapai secara utuh. Aspek kompetensi yang
terdiri dari sikap, pengetahuan, dan keterampilan terintegrasi menjadi
satu kesatuan.
c. Pembelajaran dilakukan dengan
sudut pandang adanya keunikan individual setiap peserta didik. Peserta
didik memiliki karakteristik, potensi, dan kecepatan belajar yang
beragam. Oleh karena itu dalam kelas dengan jumlah tertentu, guru perlu
memberikan layanan individual agar dapat mengenal dan mengembangkan
peserta didiknya.
d. Pembelajaran dilakukan secara
bertahap dan terus menerus menerapkan prinsip pembelajaran tuntas (mastery
learning) sehingga mencapai ketuntasan yang ditetapkan. Peserta
didik yang belum tuntas diberikan layanan remedial, sedangkan yang sudah
tuntas diberikan layanan pengayaan atau melanjutkan pada kompetensi
berikutnya.
e. Pembelajaran dihadapkan pada
situasi pemecahan masalah, sehingga peserta didik menjadi pembelajar
yang kritis, kreatif, dan mampu memecahkan masalah yang dihadapi. Oleh
karena itu guru perlu mendesain pembelajaran yang berkaitan dengan
permasalahan kehidupan atau konteks kehidupan peserta didik dan
lingkungan. Berpikir kritis adalah
kecakapan nalar secara teratur, kecakapan sistematis dalam menilai,
memecahkan masalah, menarik keputusan, memberi keyakinan, menganalisis
asumsi dan pencarian ilmiah. Berpikir
kreatif adalah suatu kegiatan mental untuk meningkatkan
kemurnian (originality) dan ketajaman pemahaman(insight)
dalam mengembangkan sesuatu (generating). Kemampuan memecahkan
masalah (problem solving) adalah kemampuan tahap tinggi siswa
dalam mengatasi hambatan, kesulitan maupun ancaman. Metode problem
solving (metode pemecahan masalah) bukan hanya sekedar metode
mengajar tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam problem
solvingdapat menggunakan metode-metode lainnya dimulai dengan
mencari data sampai kepada menarik kesimpulan.
f. Pembelajaran dilakukan dengan
multi strategi dan multimedia sehingga memberikan pengalaman belajaran
beragam bagi perserta didik.
- C. KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN YANG MENYENANGKAN
Sesuai dengan Pembelajaran Yang
Menyenangkan , maka pembelajaran yang berfokus pada siswa, makna,
aktivitas, pengalaman dan kemandirian siswa, serta konteks kehidupan dan
lingkungan ini memiliki 4 ciri yaitu: mengalami, komunikasi,
interaksi dan refleksi.
a. Mengalami (pengalaman belajar) antara lain:
- Melakukan pengamatan
- Melakukan percobaan
- Melakukan penyelidikan
- Melakukan wawancara
- Siswa belajar banyak melalui berbuat
- Pengalaman langsung mengaktifkan banyak indera.
b. Komunikasi, bentuknya antara lain:
- Mengemukakan pendapat
- Presentasi laporan
- Memajangkan hasil kerja
- Ungkap gagasan
c. Interaksi, bentuknya antara lain:
- Diskusi
- Tanya jawab
- Lempar lagi pertanyaan
- Kesalahan makna berpeluang terkoreksi
- Makna yang terbangun semakin mantap
- Kualitas hasil belajar meningkat
d. Kegiatan Refleksi yaitu memikirkan kembali
apa yang diperbuat/dipikirkan.
- Mengapa demikian?
- Apakah hal itu berlaku untuk …?
- Untuk perbaikan gagasan/makna
- Untuk tidak mengulangi kesalahan
- Peluang lahirkan gagasan baru
Dari karakteristik pembelajaran yang
menyenangkan tersebut, maka guru perlu memberikan dorongan kepada siswa
untuk menggunakan otoritas atau haknya dalam membangun gagasan.
Tanggung jawab belajar, memang berada pada diri siswa, tetapi guru
bertanggung jawab dalam memberikan situasi yang mendorong prakarsa,
motivasi, perhatian, persepsi, retensi, dan transfer dalam belajar,
sebagai bentuk tanggung jawab siswa untuk belajar sepanjang hayat.
Sebagai bahan kajian berikut ini
disajikan sejumlah pandangan, persepsi, atau bahkan kesalahpahaman
berkenaan dengan implementasi peembelajaran yang menyenangkan atau
PAIKEM di sekolah.
1. PAIKEM membutuhkan alat peraga
yang banyak sehingga merepotkan dan membuat guru kurang berminat.
2. PAIKEM dipandang sebagai model
pembelajaran yang mahal, sehingga tidak efektif untuk diterapkan di
sekolah.
3. PAIKEM hanya diisi dengan
bernyanyi dan main-main sehingga dipandang tidak efektif untuk mencapai
tujuan pembelajaran.
4. PAIKEM hanya cocok dilakukan oleh
guru yang betul-betul memiliki selera humor yang tinggi (sense of humor)
dan rasa percaya diri yang tinggi
Dalam situasi pembelajaran yang
berlangsung secara monoton, siswa merasa “tersiksa” dan bahkan seperti
di penjara. Apalagiguru sebagai motivator dalam
pembelajaran hanya menggunakan metode ceramah, maka
suasana pembelajaran akan semakin menyiksa. Dalam rangka menerapkanmanajemen
berbasis sekolah (school based-management) yang umum disingkat
MBS dan pembelajaran aktif, perlu kiranya dipikirkan model pembelajaran
yang menyenangkan. Model pembelajaran tersebut dimaksudkan untuk
memberikan kenyamanan tersendiri bagi siswa dalam belajar.
Untuk menjadi guru impian maka
sebelum mengajar, seorang guru harus sudah merancang pembelajaran yang
akan disajikan. Dalam merancang pembelajaran tersebut guru dapat
mendiskusikannya dengan sesama guru, kepala sekolah, atau pengawas.
Dalam diskusi tersebut dibahas materi apa yang akan diajarkan, bagaimana
metodenya, bagaimana alat peraganya, dan bagaimana evaluasinya. Sering
seorang guru dalam merancang pembelajaran kehilangan seni
mengajar. Artinya, mereka terlalu terpaku kepada mekanisme yang
sudah baku, runtut, dan terprogram. Dalam merancang pembelajaran pun,
seni yang akan ditampilkan dalam pembelajaran mestinya sudah
dipersiapkan pula. Pada bagian manakah mereka akan menyelinginya dengan sense
of humor sebagai bumbu dalam pembelajaran.
Ketika mengajar, guru bisa
saja menggunakan model pendampingan pembelajaran. Biasanya, kegiatan
seperti ini pada sekolah-sekolah yang sedang melaksanakan sebuah uji
coba. Kehadiran kepala sekolah atau pengawas di kelas tidak dianggap
sebagai momok bagi guru, melainkan menjadi mitra. Jika ada sesuatu yang
kurang mengena, maka guru dapat mengkonsultasikan dengan para pendamping
atau para pendamping secara aktif turut terlibat dalam pembelajaran.
Karena kelas sudah diubah suasananya sedemikian rupa, maka siswa tidak
akan merasa terkejut dengan kehadiran beberapa orang selain gurunya.
Justru dengan cara-cara yang komunikatif, maka siswa akan merasa
diperhatikan.
Cara lain adalah guru merancang
pembelajarannya melalui sebuah diskusi dengan rekan sejawat atau kepala
sekolah, sedangkan dalam praktiknya, mereka tidak didampingi oleh orang
lain. Hanya saja yang perlu ditekankan adalah keterlibatan emosional
siswa harus benar-benar terjaga, sehingga suasana pembelajaran
benar-benar aktif.
Dalam suasana pembelajaran aktif saja
sebenarnya pembelajaran yang menyenangkan sudah mulai tercipta. Apalagi
jika guru secara kreatif dapat menjalankan komunikasi dua arah yang
menyenangkan. Senyum guru, misalnya, mempunyai makna
yang sangat dalam bagi keberhasilan pembelajaran. Sebab, senyum itu
dapat mencairkan suasana yang beku, monoton, dan tidak menarik.
Guru yang dapat membuat muridnya betah
tinggal di kelas adalah guru yang menyenangkan. Saya masih ingat ketika
diajar oleh seorang guru SD yang menyenangkan. Meskipun bel istirahat
atau bel pulang sudah berdentang, rasanya keinginan untuk beristirahat
atau pulang tidak terlalu menggebu-gebu. Ada rasa nyaman di kelas. Ada
rasa damai karena Pak Guru telah menciptakan suasana kelas dengan amat
menyenangkan. MBS memberikan peluang bagi kepala sekolah atau guru untuk
menjabarkan kurikulum dan mengelola kelas dengan sebaik-baiknya. Tidak
ada lagi model-model pembelajaran yang dipaksakan.
Justru jika ada temuan-temuan yang kreatif mengenai model pembelajaran
“baru”, maka guru dapat menerapkannya di dalam pembelajaran.
Pembelajaran yang menyenangkan mengandung
unsur “bermain” dalam kegiatan pembelajaran, apalagi untuk kelas I dan
II SD. Guru yang tidak bisa membawa anak-anak ke alam “permainan yang
menyenangkan”, jangan harap tujuan pembelajaran khusus akan tercapai.
Bagaimana dengan siswa kelas III-VI? Masih banyak cara untuk mengantar
sebuah pembelajaran menjadi menyenangkan. Guru dapat menggunakan alat
peraga yang dirancang bersama siswa. Kemudian mendiskusikan
bersama. Pendeknya, siswa benar-benar dilibatkan secara penuh dalam
pembelajaran. Dengan demikian akan terjalin sebuah hubungan yang
menyenangkan pula. Batas otoritas guru dan siswa sebagai komponen lain
dalam pembelajaran sudah tidak terasa sama sekali. Yang ada adalah
kemitraan.
Maka, dengan cara-cara seperti itulah
pembelajaran akan benar-benar dapat menyenangkan, baik bagi guru maupun
siswa. Uji coba yang dilakukan di beberapa sekolah untuk MBS,
pembelajaran aktif dan partisipasi masyarakat, serta untuk model
pendampingan pembelajaran, menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar.
Jika model-model seperti itu dikembangkan di sekolah-sekolah
lain di Indonesia, maka pembelajaran akan benar-benar
menyenangkan dan pada akhirnya mutu pendidikan akan
meningkat.Semua itu tentu membutuhkan itikat baik pemerintah;
termasuk di dalamnya adalah kepala sekolah dan guru sebagai agen
sentral kurikulum. Semoga!
- D. MODEL PEMBELAJARAN YANG MENYENANGKAN
Terdapat sejumlah model pembelajaran
yang menyenagkan dapat diguanakan dalam proses pembelajaran di sekolah,
diantaranya yaitu pembelajaran berbasis masalah (problem based
learning), pembelajaran kooperatif dengan berbagai tipenya, (seperti
Student-Teams Achievement Divisions/STAD (Tim Siswa Kelompok
Prestasi),JIGSAW (Model Tim Ahli) dan GI (Group Investigation),
think-pair and share, numbered head together, picture and picture,
examples non examples, pengajaran berbasis inkuiri, pengajaran berbasis
tugas/proyek (Project based learning), demonstration, role playing,
pemodelan (modelling), dsb.
Dalam makalah ini hanya akan dibahas
tiga diantaranya secara singkat, yaitu :
- 1. Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) :
Pembelajaran berbasis masalah (problem
based learning) adalah suatu model pembelajaran yang menggunakan masalah
dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara
berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah serta untuk
memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran.
Pengajaran berbasis masalah digunakan
untuk merangsang berpikir tingkat tinggi, termasuk di dalamnya belajar
bagaimana belajar. Pengajaran berbasis masalah, menurut Ibrahim dan Nur
(2002) dikenal dengan nama lain seperti Project-Based Teaching
(Pembelajaran berbasis Project), Experience-Based Education (Pendidikan
berdasarkan pengalaman), Authentic Learning (Pembelajaran Autentic).
Danm Anchored instruction (Pembelajaran berakar pada kehidupan nyata).
Peranan guru dalam pembelajaran berbasis masalah adalah menyajikan
masalah, mengajukan pertanyaan dan memfasilitasi penyelidikan dan
dialog.
Langkah-langkah pembelajaran berbasis
masalah dan bagaimana peranan nguru di dalamnya dapat digambarkan sbb.
Tahap 1: Orientasi siswa kepada masalah
:Guru menjelasakan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang
dibutuhkan dan memotivasi siswa untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan
masalah yang dipilih
Tahap 2 : Mengorganisir siswa untuk
Belajar :Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas
belajar yang berhubungan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas,
jadwal, dsb.)
Tahap 3 : Membimbing penyelidikan
individual dan kelompok :Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan
informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan
pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, dan pemecahan masalah
Tahap 4Mengembangkan dan menanyakan
hasil karya :Guru membantu siswa dalam merencanakan, menyiapkan karya
yang sesuai sperti laporan, dan membantu mereka berbagai tugas dengan
temannya
Tahap 5 :Menganalisis dan mengevaluasi
proses pemecahan masalah :Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi
atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan prosesprosesyang mereka
gunakan.
2. Model Student Teams Achievement
Division (STAD)
Model Student Teams Achievement (Tim
Siswa Kelompok Prestasi) adalah salah satu model pembelajaran
kooperatif. Model ini dikembangkan oleh Robert Slavin dan kawankawannya.
Metode ini merupakan metode yang paling
sederhana dalam pembelajaran kooperatif. Para guru menggunakan
pembelajaran STAD untuk mengajarkan informasi akademik baru kepada siswa
setiap minggu, baik melalui penyajian verbal manupun tertulis. Para
siswa di dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok atau tim
masingmasing terdiri atas 4 atau 5 orang anggota kelompok yang bersifat
heterogen (baik jenis kelamin, ras, etnik, maupun potensi
akademik/kemampuannya). Tiap anggota kelompok menggunakan lembar kerja
akademik dan kemudian saling membantu untuk menguasai
bahan ajar melalui Tanya jawab atau
diskusi antar sesame anggota kelompok. Secara periosik. Dilakukan
evaluasi oleh guru untuk mengetahui tingkat penguasaan mereka (baik
individual maupun kelompok) terhadap bahan akademik yang telah
dipelajari. Setiap siswa atau tim diberi skor atas penguasaannya
terhadap bahan ajar, dan kepada siswa secara individual atau tim yang
meraih prestasi tinggi atau memperoleh skorvsempurna diberi
reinforcement.
Secara singkat langkah-langkah
pembelajaran STAD terdiri atas:
a. Mmembentuk kelompok heterogen a 4-5
orang anggotanya
b. Guru menyajikan pelajaran
c. Guru memberi tugas
d. Guru memberi kuis/pertanyaan kepada
seluruh siswa. Pada csaat menjawab kuis, tidak dibolehkan siswa saling
membantu.
e. Memberi evaluasi
f. Kesimpulan
3. Model Jigsaw (Model Tim Ahli)
Model Jigsaw dikembangkan oleh Eliot
Aronson dan kawan-kawannya dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan
kawan-kawannya. Seperti halnya pada m,odel STAD, pada model Jigsawpun,
kelas dibagi menjadi beberapa kelompok/tim a 4-5 orang anggotanya yang
bersifat heterogen. Bahan akademik disajikan kepada siswa dalam bentuk
teks dan tiap siswa diberi tanggung jawab untuk mempelajari satu bagian
dari bahan akademik tersebut. Para anggota dari berbagai kelompok/tim
yang berbeda memiliki tanggung jawab untuk mempelajari satu bagian bahan
akademik yang sama dan selanjutnya berkumpul untuk saling membantu
mengkaji bahan tertsebut. Kelompok siswa yang dimaksud disebut ”kelompok
pakar (expert group)”. Sesudah kelompok pakar berdiskusi dan
menyelesaikan tugas, maka anggota dari kelompok pakar ini kembali ke
kelompok semula (home teams) untuk mengajar (membuat mengerrti) anggota
lain dalam kelompok semula tersebut.
Secara sinbgkat, langkah-langkah
pembelajaran Jigsaw terdiri atas :
a. Siswa dikelompokkan menjadi beberapa
kelompok heterogen 4-5 orang
b. Tim anggota dalam kelompok/tim diberi
bagian materi yang berbeda
c. Anggota dari tim tim yang berbeda
yang telah mempelajari bagian/sub bab yang sama bertemu dalam kelompok
baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka
d. Jika kelompok ahli selesai
mendiskusikan tugasnya, maka anggota kelompok kembali ke kelompok
asal/semula (home teams) untuk mengajar anggota lainnya dalam kelompok
semula
e. Tiap kelompok/tim ahli
mempresentasikan hasil diskusi
f. Guru memberi evaluasi
g. Kesimpulan/penutup
4. Model Group Investigation (GI)
Dasar-dasar metode group investigation
(investigasi kelompok) dirancang oleh Herbert Thelen, selanjutnya
dikembangkan oleh oleh Sharan dan kawan-kawannya.
Dibandingkan dengan model STAD dan
Jigsaw, group investigation merupakan model pembelajaran yang lebih
kompleks dan paling sulit dilaksanakan dalam pembelajaran kooperatif.
Pada model group investigation, sejak awal siswa dilibatkan mulai dari
tahap perencanaan baik dalam menentukan topik maupun cara untuk
mempelajarinya melalui investigasi. Dalam pelaksanaanya, mempersyaratkan
para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi
maupun dalam keterampilan proses kelompok. Pengelompokan siswa ke dalam
kelompok-kelompok kecil a 5-6 orang dapat bersifat heterogen dan dapat
juga didasarkan pada kesenangan berteman atau kesamaan minat. Para siswa
memilih topik yang ingin dipelajari, mengikuti/melakukan investigasi
mendalam terhadap berbagai subtopik yang
telah dipilih, kemudian menyiapkan dan menyajikan suatu laporan di
depan kelas secara keseluruhan
Secara singkat langkah-langkah group
investigation adalah sbb. :
a. Guru membagi kelas dalam beberapa
kelompok heterogen
b. Guru menjelaskan maksud pembelajaran
dan tugas kelompok
c. Guru memanggil ketua kelompok dan
setiap kelompok mendapat tugas satu materi/tugas yang berbeda dari
kelompok lain
d. Masing-masing kelompok membahas
materi yang sudah ada secara kooperatif yang bersifat penemuan
e. Setelah selesai diskusi, juru bicara
kelompok menyampaikanhasil pembahasan kelompok
f. Guru mwmbwri penjelasan singkat dan
sekaligus memberikan kesimpulan
g. Penutup.
D. PENUTUP
Disamping mnode-model pembelajaran yang
dikemukakan di atas, dalam konteks pembelajaran masih tersedia cukup
banyak model-model pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan
Menyenangkan (PAIKEM) yang dapat dipilih dan digunakan oleh guru di
kelas. Sebagai guru yang profesional, seyogianya setiap guru selalu
berupaya mengembangkan/meningkatkan kemampuannya dengan mengkaji
berbagai model pembelajaran tersebut dan yang tidak kurang pentingnya
adalah menuntut komitmen dari setiap guru untuk senantiasa memilih dan
menerapkan model pembelajaran yang terbaik untuk kepentingan peserta
didik
Tidak ada komentar :
Posting Komentar